"Kawan-kawan
tercinta, dengan hati bahagia, aku mengabarkan bahwa kami (Danto dan
Idha) sepakat hendak menikah. Upacara nikah akan kami adakan pada hari
Minggu, 22 Juni 2014 di Pura Tunggal Ika. Mohon do'a restunya ya. Semoga
kami jadi manusia yang lebih baik setelahnya. Amin."
Demikianlah
bunyi pesan singkat dari Kak Danto yang kuterima pada 15 Juni lalu.
Dengan bahagia dan penuh rasa syukur, saya memanjatkan pujian pada Tuhan
berkali-kali, sambil mendoakan kebahagiaan bagi mereka berdua. Sayapun
membalas pesan singkat itu dengan bahagia namun sedih karena nampaknya
tidak bisa menghadiri upacara pernikahannya. Dan benar saja, hari itu
saya baru saja pulang dari perjalanan
Magelang-Salatiga-Kendal-Semarang-Kudus yang cukup melelahkan.
Masih
teringat jelas, pertemuan pertama dengan Kak Danto beberapa tahun
silam. Mungkin 4 atau 5 tahun yang lalu, saat saya masih kuliah di
Purwokerto. Saat itu Ramadhan di bulan Agustus (?) dan Pakde Surya Esa,
seorang seniman dan penyair Purwokerto mengundang saya untuk hadir dalam
pesta puisi. Saya sempat membacakan satu puisi saya, dan sempat
menyaksikan Kak Danto menyanyi dan memetik gitar untuk mengiringi Kak
Andy Sri Wahyudi berpuisi.
Setelah
peristiwa itu, saya kehilangan kontak dengan Kak Danto, sampai akhirnya
menemuinya lagi di halaman facebook setelah beberapa lama. Dari sana,
kami sering bertukar pesan singkat, bertanya kabar, dan membuat janji
bertemu jika ia kebetulan pulang ke Purwokerto. Namun, karena kesibukan
masing-masing, kami hanya bertemu sekali dua kali setelah pertemuan
pertama itu.
Kak
Danto tampaknya mulai serius dengan kegiatan bermusik-puisinya. Saat
saya tinggal di Jakarta seusai kuliah, ia beberapa kali mengirim
lagu-puisinya. Judul pertama yang saya terima adalah Perahu Kertas.
Setelah itu menyusul lagu-puisi lainnya, Konservasi Konflik, Pidato
Retak, Ibu, Sondang, dan beberapa judul lainnya. Sejak saat itu saya
jatuh cinta dengan Sisir Tanah, nama duo Kak Danto dan Kak Indra (yang
baru saya kenal belakangan setelah saya pindah ke Yogyakarta).
Meski
hampir tidak pernah bertemu, kami kerap bertukar kabar, dan ia masih
sering mengabarkan lagu-puisinya yang bisa dinikmati di soundcloud Sisir
Tanah (klik di sini). Sampai akhirnya kita bertemu lagi di Yogyakarta. Dan di sanalah, saya pertama ketemu dengan Mbak Idha dan Kak Indra.
Saat
itu, Kak Danto mengabarkan melalui pesan singkat tentang konser piano
di Froghouse. Bersama sahabat-sahabat saya, sayapun hadir ke konser itu.
Di sana, Mbak Idha lah yang menerima dan menemani kami. Karena, hampir
tak ada orang yang kami kenal, selain Kak Danto. Seusai acara, Kak Danto
mengenalkan kami pada Kak Indra, personel duo-Sisir Tanah lainnya.
Sebelum berpisah, kamipun berjanji untuk saling memberi kabar jika ada
pentas Sisir Tanah lainnya.
Dan
Juni ini, Kak Danto dan Mbak Idha akhirnya menikah. Meskipun tidak bisa
hadir, doa-doa kebaikan saya kirimkan pada mereka: kakak-kakak yang
menjadi keluarga saya. Selamat menikah Kak Danto dan Mbak Idha,
senantiasa berbahagia, senantiasa menjadi manusia yang lebih baik lagi
:)
Yogyakarta, 2 Juli 2014
No comments:
Post a Comment