Follow Us @soratemplates

Sunday, March 31, 2019

Pilpres dan Ajakan Membenci

March 31, 2019 0 Comments
Pernah nggak dapat broadcast di grup whatsaapp atau baca postingan di timeline yang isinya menjelek-jelekkan capres tertentu? Misalnya kalau capres x terpilih, nanti nggak akan ada lagi adzan berkumandang, nggak akan lagi perempuan pake kerudung, trus nanti homo boleh nikah. Kesel nggak baca fitnah begitu? 

Trus lagi, ada yang mengatakan kalau umat Islam sekarang didzalimi (padahal, jaman sekarang, mau sholat di masjid, mau pake kerudung, mau bikin pengajian, gampang nggak pernah dipersulit), trus katanya ekonomi sulit, daya beli menurun, banyak tenaga asing yang merebut jatah pekerjaan pribumi. Sebel nggak bacanya? 

Menjelang pilpres April 2019 besok, keributan pendukung capres makin menjadi-jadi; tak hanya di jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan instagram, tetapi juga merajalela di grup-grup whatsapp. Beragam fitnah dan berita bohong dibagikan sampai berantai-rantai. Sejujurnya saya ingin sekali bertanya: apa nggak lelah? Nggak capek membenci dan mengobarkan bara kebencian?

Sunday, March 17, 2019

Jakarta Sebelum Pagi, Novel Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

March 17, 2019 0 Comments

Judul Buku: Jakarta Sebelum Pagi

Pengarang: Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit: Grasindo
Tahun Terbit: 2016
Jumlah Halaman: 270
Genre: Fiksi
Pe-review: Iffah Hannah

"Tumbuh dewasa rasanya seperti itu. Waktu masih kecil, semua orang perhatian. Tapi, begitu dewasa, sedikit demi sedikit, kamu hilang dari pandangan. Makanya, orang dewasa pakai makeup, berdandan rapi, pakai baju bagus... Karena kalau nggak, nggak akan ada yang melihat mereka. Penampilan, bagi orang dewasa, itu seperti baju untuk manusia transparan-membuat orang sadar kalau mereka ada. Karena biasanya, di dunia orang dewasa, orang-orang nggak cukup punya perhatian untuk menunggu kamu bicara dan bilang kalau kamu ada." (hal 40-41)

Emina, gadis 25 tahun yang bekerja sebagai salah seorang sekretaris di suatu kantor mendapatkan kiriman mawar, hyacinth biru, melati yang dibawa oleh balon perak terbang hampir setiap hari di balkon apartemennya. Keingintahuannya terhadap stalker pengirim bunga itu membuat rekan sekantornya, Nissa, ngomel-ngomel. Menurut Nissa, stalker itu bisa berbahaya dan alih-alih mencari tahu identitas si stalker, Emina harusnya lapor polisi saja.

Sunday, March 3, 2019

Garang Asem, Percobaan Pertama

March 03, 2019 0 Comments
Sebenarnya postingan ini sudah pernah saya unggah di facebook, tetapi sengaja saya tulis ulang di sini, supaya lebih mudah kalau nyarinya, nggak harus scroll-scroll di timeline facebook lama-lama. 


Ini betul-betul percobaan pertama saya dalam memasak garang asem tapi rasanya lumayan enak dan tidak mengecewakan, sehingga boleh lah kalau dibilang percobaan pertama ini berhasil :) 

Garang asem selalu mengingatkan saya pada Reading Room Kemang, Pak Rocky Gerung, dan Prof. Tommy F Awuy karena tiap kali main ke Reading Room, nyaris beliau selalu memesan menu ini. Saya sendiri pertama kali makan garang asem ayam di Kudus bertahun yang lalu dan sudah mencicipi beragam rupa garang asem versi beberapa kota (Misalnya, di Semarang saya pernah makan garang asem yang rasanya plek sama seperti opor ayam. Sementara di Pekalongan, garang asemnya lebih mirip dibilang rawon.)

Garang asem yang saya buat ini lebih mirip versi yang pernah saya makan di Kudus sih. Resepnya saya peroleh dari Iyung Farah Maulida. Silakan kalau ada yang mau nyoba (nyoba bikin maksudnya).

Cara membuat sederhana sekali. Bawang merah 7 butir dan bawang putih 3 butir diulek sama lada dan garam, balurkan ke setengah kilo ayam yang udah dibersihkan. Lalu diamkan sebentar. Tambahkan santan sedikit, irisan blimbing wuluh/tomat ijo, daun salam, daun jeruk, dan batang serai yang dimemarkan. Bungkus daun pisang, kukus 30 menit. Setelah itu, angkat dan sajikan bersama nasi hangat.