Follow Us @soratemplates

Sunday, September 8, 2019

Menjadi Humanis


Terus berbicara untuk menyuarakan keberpihakan tidaklah mudah. Kita tidak hanya harus menghadapi orang-orang yang memiliki kuasa dan para penindas, tetapi acap kali kita juga harus berhadapan dengan orang-orang terdekat yang berbeda pandangan dengan kita. Tetapi, sebagai orang yang memiliki kemewahan mengecap ilmu pengetahuan, harus kemana kita berpihak jika tidak kepada mereka yang lemah dan ditindas? 

Mungkin bukan hanya saya, yang juga sering kehilangan keberanian. Ketakutan akan menyakiti orang-orang terdekat kita, sahabat-sahabat kita, juga kekhawatiran tidak bisa menjadi role-model bagi orang-orang yang mengikuti kita kadang membuat kita berhenti sejenak dan mempertanyakan, sudah benarkan kita melangkah. Jangan-jangan nanti saya dibenci dan dimusuhi kalau melakukan ini, kalau berkata begini. Jangan-jangan keluarga saya nanti ikutan kena gara-gara saya memutuskan melakukan hal yang seperti ini. Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang kadang membuatku memilih untuk diam mencari aman. Tapi sekali lagi, bukankah rasa keadilan seharusnya tidak membuat kita peduli dengan rasa-rasa yang egois?

Dan dalam keragu-raguan, aku berterima kasih kepada mereka yang terus berada di jalan kemanusiaan, tak rela tunduk, dan terus berani. Kepada mereka yang tulisannya, musik-musiknya, kata-katanya kembali membangkitkan percikan keberanian dalam hati saya, sungguh saya berterima kasih.

Jalan perjuangan tentu beragam, tetapi kecintaan kepada sesama manusia selalu menjadi titik tolak yang sama. Dengan jalan apapun nanti akhirnya aku memutuskan untuk melangkah, aku berharap keberanian dalam hatiku tidak pernah mati. 




Purwokerto, 9 September 2019

(Tulisan ini saya persembahkan untuk kakakku Bagus Dwi Danto 'Sisir Tanah' dan mas Bayu Agni. Terima kasih banyak.)

No comments:

Post a Comment