Kudengar angka kematian ibu terus naik tinggi
Pendidikan, kesehatan, mahal sekali
Perempuan muda bermigrasi, beberapa nikah dini
Beberapa terpaksa menjual diri, beberapa mati bersama para bayi
Selamat hari perempuan Ma,
Sebab hari ini milik perempuan semua
Sebab tak semua perempuan menjadi ibu
Sebab beberapa perempuan tak bisa menjadi ibu
Tetapi mereka perempuan juga, sepertimu Ma
Dan meski bau air susumu hanya sayup-sayup
Aku tahu, bagimu, setiap pagi adalah menanggung beban-beban baru
Anak-anak harus diurusi, beras yang harus dijadikan nasi
Biaya-biaya dan harga-harga yang terus meninggi
Kita pernah, pada suatu pagi, berbicara dengan saling menatap
Tentang Ruyati yang mati dieksekusi
Setelah bermigrasi dari rumahnya sendiri
Wilfrida yang juga hampir dieksekusi
Ia dulu dijual, saat umurnya masih dini
Dan kau bercerita padaku tentang Marsinah
Juga kisah-kisah perempuan buruh teman-temanmu, yang sedikit-sedikit membikin miris hati
Mereka yang perempuan, mereka yang menanggung dunia di pundaknya
Anak-anak harus diurusi, beras yang harus dijadikan nasi
Biaya-biaya dan harga-harga yang terus meninggi
Kita pernah, pada suatu pagi, berbicara dengan saling menatap
Tentang Ruyati yang mati dieksekusi
Setelah bermigrasi dari rumahnya sendiri
Wilfrida yang juga hampir dieksekusi
Ia dulu dijual, saat umurnya masih dini
Dan kau bercerita padaku tentang Marsinah
Juga kisah-kisah perempuan buruh teman-temanmu, yang sedikit-sedikit membikin miris hati
Mereka yang perempuan, mereka yang menanggung dunia di pundaknya
Hari ini milik mereka kan Ma?
Hari bagi perempuan semua
(Menemukan puisi lama ini di file laptop yang sudah usang. Ditulis pada Desember 2013 dan sengaja saya tulis kembali di sini sebagai dokumentasi.)
No comments:
Post a Comment