Gambar dari Colombo Gazette |
Awal-awal pemberitaan tentang merebaknya virus corona di Wuhan dan segala teori konspirasi yang melingkupinya; bahwa virus itu adalah senjata biologis yang memang sengaja dibuat untuk kepentingan mengurangi populasi manusia atau teori-teori lainnya, masih membuat saya tidak peduli sampai beberapa hari terakhir ketika pemberitaan dan isu-isu aneh mulai bermunculan di media sosial. Tentu saja pemberitaan aneh-aneh itu datang dari pemerintah kita yang terhormat; ucapan ngawur orang KPAI yang bilang berenang bisa menyebabkan kehamilan lah, 'fatwa' orang kaya untuk menikahi orang miskin, tanggapan ngawur perihal banjir yang melanda ibu kota dan kota-kota lain, serta munculnya RUU Ketahanan Keluarga yang membuat naik pitam. Dan semua itu membuat saya merenung.
Berita soal virus corona tiba-tiba senyap. Tetapi dari berita-berita yang muncul begitu jarang di lini masa media sosial, kita tahu virus ini belum teratasi. Ratusan atau bahkan ribuan orang sudah menjadi korban. Beberapa negara sudah melakukan precaution dan prevention, bahkan ada yang sudah membatasi arus keluar-masuk warga negara asing ke negaranya. Arab Saudi misalnya, membatasi jemaah umroh dari sekian negara untuk tidak dulu datang ke negaranya. Tetapi lihat apa yang terjadi di Indonesia? Kita dibuai dengan narasi-narasi yang mengatakan bahwa kita tidak mungkin terinfeksi corona karena pola hidup kita yang terbiasa tidak sehat ini membuat kita nyaris imun dari virus apapun. Kemudian muncullah meme dan unggahan lucu-lucu yang mengafirmasi narasi-narasi itu. Tapi apa narasi itu betul-betul melindungi kita dari kemungkinan semakin tersebarnya virus corona? Tidak.
Saya tidak tahu kenapa persoalan corona ini seolah tidak menjadi perhatian bagi pemerintah. Apa hidup kita tidak ada artinya apa-apa bagi mereka? Apa masyarakat yang jutaan ini hanya angka statistik bagi mereka? Alih-alih melakukan tindakan precaution atau prevention, pemerintah malah menggelontorkan dana begitu besar, puluhan milyar, untuk menarik wisatawan masuk ke Indonesia. Apa logika pemerintah hanya soal investasi, ekonomi, untung, dan rugi?
Kita sudah begitu sering dibuat marah dengan kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat kecil. Kita sudah begitu sering berusaha bersabar dengan komentar-komentar ngawur wakil rakyat yang seperti mengejek kecerdasan kita. Tetapi, urusan nyawa ini, kok bisa-bisanya muncul ucapan: "Banyak-banyak berdoa saja supaya tidak kena corona." No! Bukan tugas anda untuk menyuruh kita berdoa, tugas anda adalah memastikan nyawa semua warga negara selamat dari ancaman tersebarnya virus ini bukan malah mengundang wisatawan luar negeri untuk meningkatkan pendapatan negara, tugas anda adalah membuka dengan sebenar-benarnya informasi perihal penyebaran virus corona di Indonesia sehingga tidak ada kepanikan-kepanikan karena kurangnya informasi, tugas anda adalah memastikan masyarakat bisa mengakses masker dan hand sanitizer sehingga mereka tidak harus memilih beli makan atau beli masker karena harga masker yang tidak masuk akal.
Anda mungkin bisa bilang kalau saya berlebihan, tetapi dengan segala kengawuran pemerintah dan begitu belum jelasnya tindakan pemerintah berkaitan penyebaran virus corona ini, apa kepanikan seperti ini bisa dipersalahkan? Seolah-olah kita bahkan tidak bisa merasa aman di tempat kita sendiri karena negara seperti tidak bisa memastikan bahwa kita bisa aman dari penyebaran corona ini. Dan, meski sering sekali kami kecewa dengan pemerintah, apa kami sudah tidak lagi bisa berharap bahwa dalam situasi krisis seperti ini, mereka akan berdiri di pihak kita?
Depok, 28 Februari 2020
No comments:
Post a Comment