Follow Us @soratemplates

Monday, December 9, 2019

Budaya Sebagai Teks*

Gambar dari ACCS2019

Beberapa tahun terakhir, pendekatan-pendekatan analisis budaya berangkat dari etnologi atau antropologi budaya. Konsep budaya sebagai teks itu terus berkembang sebab kehidupan sosial dilihat melalui tanda dan simbol, juga representasi dan interpretasi. Dari konsep ini dipahami bahwa budaya sebagai teks mencakup sekumpulan teks dan struktur semiotik simbol yang bisa dibaca dalam bentuk ekspresi dan representasi budaya. Pandangan ini berpengaruh pada kajian social, sastra, dan tekstual. Budaya sebagai teks menjadi jembatan penting antara antropologi budaya dan kajian sastra. Awalnya konsep ini berhubungan erat dengan riset etnografi dan kerangka berpikir semiotik dalam pemaknaan antropologi budaya. Ia berkembang dari sekadar metafora konseptual menjadi analisis di dalam kajian-kajian tentang budaya. Perubahan antropologis ini memunculkan perdebatan mengenai fokus baru dalam kajian tentang budaya dalam berbagai disiplin ilmu, misalnya kajian sastra menjadi kajian budaya (cultural studies), juga berbagai pandangan baru dalam praktek penelitian seperti kajian pertunjukkan, kajian ruang, post-colonial dan lain-lain. 


Konsep ini menjadi dasar perubahan misalnya dalam etnologi yang awalnya terbatas pada ruang tertentu menjadi antropologi budaya yang lebih sistematis, metodologis, dan teoritis. Pun dalam kajian budaya yang awalnya dari kajian wilayah menjadi filologi nasional ke kajian perbandingan sastra interkultural, ke sastra dunia. Metode untuk mengungkap kesalingmempengaruhi antara teks sastra, bentuk ekspresi dan hubungan budaya adalah kontekstualitas. Sehingga bisa diketahui bahwa teks sastra terlibat dalam bentuk representasi budaya yang lebih luas, melampaui batas tekstual. Konsep ini berangkat dari pemahaman bahwa budaya sebagai struktur makna dimana setiap perilaku diterjemahkan ke dalam tanda. Memaknai “budaya sebagai teks” adalah membangun upaya pembacaan terhadap apa yang terjadi, tidak serta merta mengambil “budaya” sebagai metafora dari pembacaan yang terlepas dari praktek budaya yang sebenarnya. 

Teks harusnya dibaca sebagai “pertunjukan budaya” yang tidak semata merepresentasikan realitas tetapi juga membentuk realitas. Kajian sastra juga tidak semata merepresentasikan teks budaya tetapi juga memiliki nilai estetik intrinsik, struktur dan pola representasi yang artistik juga. Pemaparan dan analisis budaya juga perlu terbuka pada perbedaan dan kemajemukan. Persinggungan antar budaya dan pengalaman serta hubungan yang disebabkan oleh migrasi dan diaspora. Sehingga konsep budaya sebagai teks berkembang atau bahkan tergantikan oleh konsep budaya yang dinamis dan non-holistik: ide bahwa budaya sebagai proses penerjemahan dan negosiasi (yang mengakui adanya perbedaan dan relasi kuasa yang tidak setara, sehingga tidak bisa dengan mudah dianggap sebagai konsep yang berubah). Sehingga hubungan antara teks dan makna ditinjau ulang dengan lebih kompleks: dengan terlibat dalam relasi kuasa, dalam proses negosisasi makna dalam persinggungan interkultural, dan dalam proses hibridisasi melalui transnasionalisasi dan globalisasi. Sastra, kajian sastra, dan kajian tentang budaya terus mengalami perubahan ke dalam bidang-bidang riset yang baru setelah adanya kebangkitan transnasional dan globalisasi. Perubahannya tidak hanya menekankan pada pemahaman bahwa budaya dan teks yang meliputi hal-hal metarial, teateritikal, ritual, representasi, dan praktek-praktek sosial. 

Kesimpulan dari pembacaan saya terhadap teks “Culture as Text” tulisan Doris Bachmann-Medick adalah bahwa kebudayaan ada dalam masyarakat sebagai sesuatu yang harus dibaca dan ditafsirkan. Kebudayaan juga merupakan teks lintas disiplin ilmu dan bersifat inklusif. Salah satu tulisan Von Christian Hock tentang topik serupa juga memaparkan tentang budaya sebagai teks dan teks sebagai budaya yang pembedanya terletak pada ruang, dalam kaitannya antara budaya dan ruang, dan dengan relasi antara tulisan dengan ruang, dan antara budaya dan tulisan. Dan dalam tulisan Hock ini lebih detail menjelaskan tentang perbedaan-perbedaan dua konsep tersebut.




*Laporan bacaan atas "Culture as Text" Doris Bachmann-Medick untuk tugas mata kuliah Teori Kebudayaan yang diampu oleh Dr. Suma Riella Rusdiarti 


No comments:

Post a Comment